Oleh : Wawan Shofwan Shalehuddin
Manusia adalah makhluk Allah swt. yang mempunyai dorongan untuk hidup sehat, terbebas dari keluhan, dan terhindar dari marabahaya. Demikian pula selalu berkeinginan hidup senang dan serba mudah.
Pada masa jahiliyah telah dikenal istilah ruqyah, yaitu salah satu upaya atau cara yang ditempuh berdasarkan akidah mereka untuk menyembuhkan yang sakit atau agar terhindar dari marabahay. Demikian pula halnya dengan meminta pertolongan kepada bangsa jin. Khusunya di Indonesia, maka masyarakat yang pada awal kedatangan Islam hidup dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, tentu saja akidah syirik ini melahirkan berbagai kepercayaan mistik menyangkut hal-hal ghaib. Landasan tahayul yang dihiasi dengan cerita-cerita khurafat, dan selanjutnya menumbuhkembangkan perbid'ahan-perbid'ahan dalam segala aspek kehidupan. Maka berhala-berhala, dukun-dukun, jimat-jimat, jampi-jampi, mantera-mantera merupakan bagian kehidupan masyarakat yang tak terpisahkan.
Sekarang, pada saat tekanan krisis multi dimensi tak kunjung melemah, hal ini semakin meningkatkan intensitas permasalahan hidup, dan tak urung masalah-masalah pun semakin kompleks. Kesibukan, persaingan bisnis, pekerjaan, jabatan , sampai kehilangan mata pencaharian, dan makin bertambahnya pengangguran. Belum lagi tayangan-tayangan yang dikaitkan dengan makhluk-makhluk ghaib, lalu bermunculannya sinetron-sinetron yang bermaterikan tangisan, pertengkaran, kemewahan dan kemaksiatan, serta kriminal. Yang tak mau kalah bersaing dengan sinetron-sinetron atas nama Islam dengan materi kemusyrikan, khurafat, takhayul, dan bid'ahnya, semakin menumbuhsuburkan kebingungan masyarakat terhadap kebenaran. Yang jelas, itu semua menambah beban dan tekanan-tekanan hidup. Apalagi dengan terjadinya berbagai bencana alam dan munculnya jenis-jenis penyakit, kuman dan virus.
Keadaan di atas, sungguh merupakan lahan yang teramat subur untuk kembalinya manusia ke alam kejahiliyyahan secara akidah, ibadah dan muamalah. Dalam pada itu muncullah orang-orang pintar dengan pengakuan banyak tahu hal ghaib, hal yang telah dan akan terjadi. Bahkan untuk membebaskan masyarakat dari segala masalah termasuk penghapusan dosa. Yang lebi membingungkan umat, justru karena yang muncul itu banyak menamakan dirinya ustadz, kiai, atau gelar lainnya.
- Ruqyah
Menurut istilah ruqyah ialah:
"diminta pertolongan agar sampainya kepada suatu urusan dengan kekuatan yang melebihi kekuatan biasa dalam keyakinan dan sangka mereka." Almunjid:276
Dengan demikian, ruqyah dapat berarti berlindung kepada Allah dari hal buruk yang sedang atau akan terjadi, termasuk do'a meminta kesembuhan dari suatu penyakit. Ruqyah dapat juga berarti jampi-jampi, mantera-mantera yang diucapkan untuk maksud diatas.
Ruqyah dalam memohon perlindungan atau do'a kesembuhan kepada Allah swt dapat dilakukan, di antaranya :
- Ruqyah yang belum terjadi
- Rasulullah saw meruqyah kedua cucu beliau Hasan dan Husein
- Ruqyah apabila singgah di sebuah rumah.
- Disengat kalajengking lalu tidak bisa tidur semalaman.
- Pada malam hari membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah.
- Mendatangi suatu tempat yang belum dikenali
- Ruqyah dengan al-fatihah.
- Ruqyah dengan surat-surat Al Mu'awidzatain dan do'a-do'a.
- Ruqyah dengan do'a :
"Bismillahi arqiika, wallahu yasyfiika min kulli daa in viika, adzhibil ba-si robban naasi isyfi anta sy-syaafii laa syaafii illaa anta." R. Ahmad 44 :404 no. 26821
10. Ruqyah dengan Do'a :
"Bismillahi tsalaatsan waqul sab'a marrotin a'uudzu billahi waqudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru" R.. Muslim 2 : 356 no. 2202 dan Trimidzi 4 :356 no. 8.2 dan Ibnu Maajah 4 : 253 dan an-Nasa'i 6 : 349 no. 10839
11. Ruqyah Jibril 'alaihis salamuntuk Nabi saw.
12. Berobat mengupayakan kesembuhan itu ibadah
Keterangan :
Dalil-dalil terlampir.
Dari hadits-hadits tentang ruqyah Nabi dan para shahabatnya jelaslah, bahwa ayat-ayat yang dibaca oleh Rasulullah saw adalah ayat-ayat yang isinya memohon perlindungan kepada Allah dan hanya Allah-lah tempat bergantung. Pada Alfatihah setelah memuji Allah terdapat kata-kata iyyaka nasta in demikian pula pada surat Al Ikhlas terdapat kata-kata Allahush shamad, dan pada surat Al Falaq serta An Nas lebih jelas lagi sejak ayat pertama sampai terakhir. Oleh karena itu membaca ayat-ayat ini dalam melakukan ruqyah tiada lain kecuali do'a untuk memohon kesembuhan atau perlindunga kepada Allah, bukan ayat-ayat itu sendiri yang memiliki kekuatan menyembuhkan penyakit yang sedang diderita. Hal seperti ini lebih jelas dapat kita lihat pada sabda Rasulullah saw sebagai berikut :
"Laa ba sa berruqaa maalam yakun fiihi syirkun"
R. Muslim.
"Tidak mengapa melakukan ruqyah selama padanya tidak terdapat syirik".
H.R Muslim, Shahih Muslim, II:358, No. 2200.
Oleh karena itu sebagaimana do'a-do'a dan permohonan perlindungan lainnya, diijabah atau tidaknya ruqyah seseoranga akan sangat bergantung pula kepada keikhlasan dan kesholehan raaq (orang yang melakukan ruqyah) dan yang diruqyahnya. Karena ruqyah yang bertauhidlah merupakan pengejawantahan darii sikap sabar dan tawakal. Termasuk mengartikan ijabah pada kemestiannya.
Sekian dulu pembahasan mengenai ruqyah. Untuk selanjutnya akan kita bahas lebih lanjut mengenai "Ruqyah yang Dilarang serta Tamimah, Jenis Penyakit yang diRuqyah, dan tentang Mengobati kesurupan jin"
Semoga bermanfa'at dan sampai jumpa.. ^.^ di artikel selanjutnya. Salaamun 'alaikum