Dialah Abdullah bin Jahsy, anak bibi Rasulullah Saw., Umaimah binti Abdul Muththalib. Dia merupakan kaka ipar Rasulullah Saw. Saudara perempuannya, Zainab binti Jahsy, adalah istri Rasulullah Saw. Abdullah termasuk kelompok orang yang pertama masuk Islam (As-Sabiqunal Awwalun).
Ketika berhijrah ke Madinah, Abdullah meninggalkan harta benda yang banyak, termasuk rumahnya yang indah. Rumah ini kemudian ditempati oleh tokoh musyrikin Quraisy, Abu Jahal. Tatkala Abdullah mengetahui hal ini, dia mengadukannya kepada Rasulullah Saw.
"Hai Abdullah, tidakkah engkau ridha jika Allah memberimu sebuah istana di surga sebagai pengganti?" tanya Rasulullah Saw.
"Tentu, aku ridha ya Rasulullah."
"Itulah karunia Allah untukmu."
Maka, tenteramlah hati Abdullah setelah mendengar penuturan Rasulullah Saw.
Suatu hari, untuk pertama kalinya dalam Islam, Rasulullah Saw. mengirim pasukan yang beranggotakan delapan orang sahabat. Di antara mereka adalah Abdullah bin Jahsy dan Sa'ad bin Abi Waqqash. "Yang akan menjadi komandan di antara kalian adalah orang yang paling sabar menahan lapar dan dahaga," ujar Rasulullah Saw. sebelum melepas pasukan ini.
Lalu, Rasulullah Saw. mengangka Abdullah bin Jahsy sebagai amir (Komandan). Inilah komandan pertama dalam barisan kaum Muslimin. Oleh karena itu, bdullah merupakan orang pertama yang dipanggil "Amirul Mukminin".
Ketika melepas pasukan ini, Rasulullah Saw. memberikan surat kepada Abdullah. Beliau berpesan kalau surat itu baru boleh dibuka setelah menempuh perjalanan dua hari. Setelah dua hari perjalanan, Abdullah pun membuka surat dari Rasulullah Saw.
"Jika engkau telah membaca suratku ini, teruslah berjalan sampai di daerah Nakhlah, antara Thaif dan Makkah. Mata-matailah orang Quraisy di sana. Lalu, berilah kami kabar tentang mereka ..."
Sesampainya di Nakhlah, Abdullah dan pasukannya melaksanakan perintah Rasulullah Saw. Mereka segera mencari kabar tentang kaum Quraisy. Tidak berapa lama, mereka melihat rombongan dagang Quraisy melintas. Kafilah ini beranggotakan empat orang yang membawa barang dagangan kaum Quraisy. Seperti kulit, gandum, dan minyak. Abdullah pun bermusyawarah untuk menentukan sikap menghadapi kafilah tersebut.
"Jika kita memeranginya, berarti kita berperang pada bulan yang diharamkan untuk berperang. Itu berarti, kita menodai kehormatan bulan ini, sekaligus memancing kemarahan Bangsa Arab. Tetapi, jika kita membiarkannya berlalu, mereka akan memasuki tanah haram (Makkah) dengan selamat." ujar mereka.
Akhirnya, pasukan Muslimin sepakat untuk memerangi kafilah dan merampas harta mereka. Kaum Mislimin membunuh salah seorang diantara mereka dan menawan dua orang. Sedangkan yang seorang lagi melarikan diri.
Abdullah beserta pasukannya pulang ke Madinah dengan membawa dua orang tawanan beserta harta rampasannya. Ternyata, di luar dugaan, Rasulullah Saw. tidak menyetuji mereka. Rasulullah Saw. tidak menyetujui tindakan mereka. Rasulullah Saw. tidak mau menerima para tawanan itu, begitu juga harta rampasannya.
"Demi Allah, aku tidak menyuruh kalian untuk berperang. Aku menyuruh kalian untuk mencari kabar kaum Quraisy dan mengamati gerak-gerik mereka."
Ketika itu, Abdullah dan sahabat-sahabatnya merasa putus asa. Mereka merasa bersalah tidak mena'ati perintah Rasulullah Saw. Ditambah lagi, kaum Muslimin tidak mau berbicara dengan mereka. Dunia ini terasa sempit bagi mereka.
Ketika mereka kebingungan, Allah Swt. memberikan ketenangan kepada mereka. Allah Swt. meridhai tindakan mereka. Maka, legalah Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Akhirnya, beliau mengambil harta rampasan berupa unta dan yang lainnya. Inilah ganimah (harta rampasan) pertama yang diperoleh kaum Muslimin.
Pada Perang Badar, Abdullah menjadi pahlawan yang membela Islam dengan segenap jiwa dan raganya. Lalu, ketika terjadi perang Uhud, dia bersama sahabatnya, Sa'ad bin Abi Waqqash, juga ikut berperang melawan pasukan kafir.
Ada kisah yang tak terlupakan di antara mereka berdua.
"Bukankah sebaiknya kita berdoa kepada Allah?" ujar Abdullah sebelum perang.
"Betul," timpal Sa'ad.
Selanjutnya, mereka pergi ke suatu tempat. Lalu, Sa'ad berdo'a.
"Wahai Tuhanku, jka aku bertemu dengan musuh esok hari, pertemukanlah aku dengan laki-laki yang kuat tenaga dan tekadnya. Aku akan melawannya demi engkau dan dia juga akan melawanku. Kemudian, berilah aku kemenangan atas dirinya hingga bisa membunuh dan mengambil barang miliknya."
Abdullah mengamininya. Dia juga berdo'a.
"Ya Allah, apabila aku bertemu dengan musuh esok hari, pertemukanlah aku dengan laki-laki yang kuat tenaga dan tekadnya. Aku akan melawannya demi engkau dan dia juga akan melawanku. Kemudian, dia akan memotong hidung dan telingaku. Apabila aku menghadap Engkau, Engkau akan berkata, 'Wahai Abdullah, demi siapa hidung dan telingamu terpotong?' Maka, aku akan menjawab, 'Demi Engkau dan demi Rasul-Mu. Dan Engkau akan menjawab, 'Kamu benar.' "
Allah Swt. mengabulkan permohonan Abdullah bin Jahsy. Allah Swt. memuliakannya sebagai syahid sebagaimana Allah memuliakan pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib. Lalu, Rasulullah Saw. mengubur keduanya dalam satu lubang.
Sa'ad menceritakan kondisi Abdullah setelah perang berakhir.
"Sungguh, pada sore hari itu, aku melihat hidung dan telinganya tergantung di sebuah kawat. Doa Abdullah lebih baik daripada doaku."
"Saya berdoa, semoga Allah memenuhi sumpahnya yang terakhir dengan baik sebagaimana Dia memenuhi sumpahnya yang pertama" ujar Sa'id bin Musayyab.
Fuad Abdurrahman