Pada suatu malam, Rasulullah Saw tidak bisa tidur sampai larut malam, lantas beliau berkata kepada istrinya, Aisyah ra : "Saya ingin sekali malam ini ada orang shaleh yang menjaga saya diluar." Baru saja Rasulullah Saw berkata kepada Aisyah ra, tiba-tiba terdengar seseorang datang sambil mengetuk-ngetukkan pedang.
Rasul pun bertanya :"Siapa diluar sana?"
"Saya Sa'ad bin Abi Waqash" jawab sa'ad dengan singkat.
"Mengapa anda datang kesini malam-malam?" Rasulullah melanjutkan pertanyaannya.
"Ya Rasulullah! malam ini saya tidak bisa tidur, saya merasa khawatir kalau-kalau Rasulullah ada yang mengganggu, oleh sebab itu saya datang dengan senjata lengkap dan saya siap menjaga Rasul sampai pagi." Demikian Sa'ad menjelaskan.
Seterusnya Rasulullah Saw mengucapkan terima kasih kepada Sa'ad dan mendo'akan dengan do'a Allahummamastajib lisa'din idz-da'aaka (Ya allah! Kabulkanlah do'a Sa'ad apabila berdo'a kepadaMu). Demikian Imam Bukhari dan Muslim mengisahkan kisah tersebut dalam sebuah hadits yang diterima dari Aisyah ra.
Nama lengkapnya Abu Ishaq Sa'ad bin Abi Waqash bin Abdil Mariaf bin Kilab bin Murroh. Terhitung masih senasab dengan Rasulullah Saw dari Abdil Manaf. Saad merupakan satu-satunya anak lelaki Abi Waqash yang sangat dicintai orang tuanya, terutama ibunya. Ketika ia mendapat rintangan cukup berat dari ibunya sendiri. Ia mengadukan permasalahannya kepada Rasulullah.
"Ya Rasulullah! saya sangat menghormati orang tua terutama ibu, tetapi ketika saya masuk islam, ibu sangat membenci saya sampai beliau mogok makan. ini merupakan sebuah dilema. Saya ingin tetap masuk islam dan tidak ingin keluar ; dilain pihak saya ingin menghormati orang tua, sedangkan mereka menyuruh murtad dari islam. Bagaimana seharusnya saya menyikapi masalah ini?"
Tiba-tiba turunlah QS. Lukman ayat 15 yang berbunyi : "Dan jika kedua orang tuamu memaksamu untuk musyrik kepadaku yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya didunia dengan baik. dan (jika orang tua berbeda keyakinan), maka ikutilah jalan orang yang kembali kepadaku, kemudian kepada kami lah tempat kalian kembali, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
Berbekal ayat tersebut, Sa'ad menemui ibunya yang sudah mogok makan dan minum selama tiga hari dan hampir mati lemas. Ketika ditemui; Hamnah ibu Sa'ad mengancam "Ya Qotilulummah (wahai si pembunuh ibu) kembalilah ke ajaran nenek moyangmu dulu. kalau tidak, saya tidak akan makan dan saya akan mati supaya kamu dapat aib dan dicap sebagai pembunuh seorang ibu."
Mendengar ancaman tersebut, ia berkata dengan Sopan dan tenang : "Ya ummah! Laa taf alii fainni ada'adinii badza lisyaiin. Wa ya ummah! Ta'lamiina; wallahi lao kaanat laki miatu nafsin fakhorojatni nafsan-nafsan maa taroktu diini bdza isyaiin, fa in syi-ta fakulil wa in syi-ta la takulii, faakalat (Wahai ibunda! jangan kau lakukan mogok makan itu, sesungguhnya saya tidak akan meninggalkan islam dengan alasan apapun. Wahai ibunda1 Ketahuilah, Demi Allah! jika bunda mempunyai seratus nyawa dan bunda keluarkan satu persatu niscaya saya sama sekali tidak akan meninggalkan ajaran islam dan jika bunda mau makan, makanlah serta kalau mau mogok makan mogoklah."
Mendengar jawaban tegas tersebut akhirnya Hamnah, ibunda Sa'ad kembali makan dan minum. Demikian Imam Ahmad dan Aththabrani mengisahkan.
Sa'ad bin Abi Waqash termasuk kelompok Al-Asyroh (sepuluh) sahabat yang dicalonkan masuk surga. Pada suatu hari, ketika Rasulullah Saw sedang berkumpul dengan para sahabat sambil duduk; tiba-tiba Rasulullah Saw berdiri dan menatap ufuk seolah-olah ia menantikan sesuatu. Tidak lama kemudian rasulullah saw berkata kepada para sahabat : "Yathlu'u 'alaikum Al-an rojulun min ahlil jannati (Sekarang akan muncul dihadapan kalian seorang laki-laki ahli surga). Ternyata yang datang adalah Sa'ad bin Abi Waqash. Di bidang militer ia sangat piawai dalam memanah sehingga menarik perhatian Rasulullah Saw. Pada Perang Uhud Rasulullah memerintahkan Sa'ad untuk pertama kalinya melepaskan anak panah kepada musuh Islam dengan perintah:'Irmi ya Sa'a fidaaka abi wa ummi (Panahlah ya Sa'ad, ibu bapaku jaminannya). Seterusnya Rasul berdo'a 'Allahumma saddid romyatahu wa ajib da' watuhu (Ya Allah! Tepatkanlah bidikannya dan kabulkanlah do'anya).
Kemustajaban do'a Sa'ad disadari sepenuhnya oleh ia sendiri. Ia sangat hati-hati agar tidak merugikan orang lain tetapi ia beberapa kali memberi 'pelajaran' kepada seseorang yang susah ditegur atau memfitnah. Amir bin Sa'ad mengisahkan bahwa pada suatu hari Sa'ad menegur orang yang memaki-maki sahabat Ali, Thalhah dan Zubair. Ketika dilarangnya, orang tersebut semakin menjadi-jadi malahan memaki-maki Sa'ad sendiri. Kalau begitu saya akan do'akan kamu kepada Allah Swt. Orang itu malah menentang dengan ucapan : "Memangnya kamu ini nabi, kalau doa kamu mustajab silahkan saja berdo'a kepada allah".
Mendengar ucapan tersebut lantas Sa'ad pergi ke mesjid dan Shalat dua rakaat dan berdo'a : "Ya Allah! Kiranya menurut ilmuMu laki-laki ini telah memaki segolongan orang yang telah memperoleh kebaikan dariMu dan tindakan mereka itu mengundang amarahMu, maka mohon berikan pelajaran yang berharga baginya."
Setelah selesai Sa'ad memanjatkan do'anya, tiba-tiba ada unta liar datang dari sebuah pekarangan rumah dan menubruk orang itu hingga babak belur diinjak-injak oleh kakinya. Dalam kisah lain Imam Bukhari mengisahkan, ketika Khalifah Umar mengangkat Sa'ad menjadi Gubernur dan Panglima Perang Qadisiyah, ada isu yang beredar yang menyatakan bahwa panglima Sa'ad adalah panglima yang korup dan jarang ke mesjid. Informasi tersebut sampai ke telinga Khalifah dan khalifah pun segera mengkonfirmasikannya kepada Sa'ad. Sa'ad menyatakan informasi tersebut sama sekali tidak benar dan jika orang itu tidak bertaubat saya do'akan 'Allahumma athil umrohu wa athil faqrohu' (Ya Allah panjangkan umur orang itu dan panjangkan pula kemiskinannya).
Pada Zaman Mu'awiyh ada seorang laki-laki yang tua renta jalannya membungkuk, aslinya hampir menyentuh tanah tetapi bila ketemu perempuan matanya membelalak. (ketika ditanya, kenapa kok umur kakek panjang sekali? Ia menjawab : "Ashobatni du'au Sa'dan (terkena do'anya Sa'ad).
Pada Zaman Khalifah Umar, Sa'ad diangkat jadi panglima perang untuk memimpin tentara yang berjumlah 28.000 prajurit melawan pasukan Persia yang berjumlah 100.000 prajurit, dibawah komandan kenamaan yang bernama Rustum. Jumlah pasukan Persia cukup banyak, bila dibandingkan dengan pasukan yang dipimpin Sa'ad. Dalam waktu tiga hari, meskipun Sa'ad sempat sakit, tapi ia masih bisa melanjutkan pertempurannya, mampu membunuh komandan dari musuhnya. Peperangan hebat tersebut dikenal dengan perang Qodisiyyah.
Perilaku Sa'ad ternyata diamati oleh sahabat lain diantaranya Abdullah bin Amr bin Ash yang sengaja datang kerumah Sa'ad untuk mengobrol. Abdullah bin Amr bertanya: "Saya merasa kagum terhadap perilaku anda khusus untuk anda serta anda menjadi kelompok Asyroh yang dijamin masuk surga. Apa sebenarnya yang menjadi sebab anda sampai dicintai Rasul?"
Sa'ad menjelaskan :"Ibadah saya sama dengan ibadah sahabat yang lain; saya tidak melebihi ibdahnya Rasulullah Saw. Hanya saja saya tidak pernah buruk sangka kepada orang lain dan harta yang saya miliki saya manfa'atkan untuk dinikmati orang lain yang membutuhkan dan yang terakhir saya siap mati demi Islam."
Senada dengan penjelasan tersebut maka Khalifah Umar pun memberikan penjelasan tentang pengangkatannya sebagai komandan Qodisiyyah, antara lain :
Mendengar jawaban tegas tersebut akhirnya Hamnah, ibunda Sa'ad kembali makan dan minum. Demikian Imam Ahmad dan Aththabrani mengisahkan.
Sa'ad bin Abi Waqash termasuk kelompok Al-Asyroh (sepuluh) sahabat yang dicalonkan masuk surga. Pada suatu hari, ketika Rasulullah Saw sedang berkumpul dengan para sahabat sambil duduk; tiba-tiba Rasulullah Saw berdiri dan menatap ufuk seolah-olah ia menantikan sesuatu. Tidak lama kemudian rasulullah saw berkata kepada para sahabat : "Yathlu'u 'alaikum Al-an rojulun min ahlil jannati (Sekarang akan muncul dihadapan kalian seorang laki-laki ahli surga). Ternyata yang datang adalah Sa'ad bin Abi Waqash. Di bidang militer ia sangat piawai dalam memanah sehingga menarik perhatian Rasulullah Saw. Pada Perang Uhud Rasulullah memerintahkan Sa'ad untuk pertama kalinya melepaskan anak panah kepada musuh Islam dengan perintah:'Irmi ya Sa'a fidaaka abi wa ummi (Panahlah ya Sa'ad, ibu bapaku jaminannya). Seterusnya Rasul berdo'a 'Allahumma saddid romyatahu wa ajib da' watuhu (Ya Allah! Tepatkanlah bidikannya dan kabulkanlah do'anya).
Kemustajaban do'a Sa'ad disadari sepenuhnya oleh ia sendiri. Ia sangat hati-hati agar tidak merugikan orang lain tetapi ia beberapa kali memberi 'pelajaran' kepada seseorang yang susah ditegur atau memfitnah. Amir bin Sa'ad mengisahkan bahwa pada suatu hari Sa'ad menegur orang yang memaki-maki sahabat Ali, Thalhah dan Zubair. Ketika dilarangnya, orang tersebut semakin menjadi-jadi malahan memaki-maki Sa'ad sendiri. Kalau begitu saya akan do'akan kamu kepada Allah Swt. Orang itu malah menentang dengan ucapan : "Memangnya kamu ini nabi, kalau doa kamu mustajab silahkan saja berdo'a kepada allah".
Mendengar ucapan tersebut lantas Sa'ad pergi ke mesjid dan Shalat dua rakaat dan berdo'a : "Ya Allah! Kiranya menurut ilmuMu laki-laki ini telah memaki segolongan orang yang telah memperoleh kebaikan dariMu dan tindakan mereka itu mengundang amarahMu, maka mohon berikan pelajaran yang berharga baginya."
Setelah selesai Sa'ad memanjatkan do'anya, tiba-tiba ada unta liar datang dari sebuah pekarangan rumah dan menubruk orang itu hingga babak belur diinjak-injak oleh kakinya. Dalam kisah lain Imam Bukhari mengisahkan, ketika Khalifah Umar mengangkat Sa'ad menjadi Gubernur dan Panglima Perang Qadisiyah, ada isu yang beredar yang menyatakan bahwa panglima Sa'ad adalah panglima yang korup dan jarang ke mesjid. Informasi tersebut sampai ke telinga Khalifah dan khalifah pun segera mengkonfirmasikannya kepada Sa'ad. Sa'ad menyatakan informasi tersebut sama sekali tidak benar dan jika orang itu tidak bertaubat saya do'akan 'Allahumma athil umrohu wa athil faqrohu' (Ya Allah panjangkan umur orang itu dan panjangkan pula kemiskinannya).
Pada Zaman Mu'awiyh ada seorang laki-laki yang tua renta jalannya membungkuk, aslinya hampir menyentuh tanah tetapi bila ketemu perempuan matanya membelalak. (ketika ditanya, kenapa kok umur kakek panjang sekali? Ia menjawab : "Ashobatni du'au Sa'dan (terkena do'anya Sa'ad).
Pada Zaman Khalifah Umar, Sa'ad diangkat jadi panglima perang untuk memimpin tentara yang berjumlah 28.000 prajurit melawan pasukan Persia yang berjumlah 100.000 prajurit, dibawah komandan kenamaan yang bernama Rustum. Jumlah pasukan Persia cukup banyak, bila dibandingkan dengan pasukan yang dipimpin Sa'ad. Dalam waktu tiga hari, meskipun Sa'ad sempat sakit, tapi ia masih bisa melanjutkan pertempurannya, mampu membunuh komandan dari musuhnya. Peperangan hebat tersebut dikenal dengan perang Qodisiyyah.
Perilaku Sa'ad ternyata diamati oleh sahabat lain diantaranya Abdullah bin Amr bin Ash yang sengaja datang kerumah Sa'ad untuk mengobrol. Abdullah bin Amr bertanya: "Saya merasa kagum terhadap perilaku anda khusus untuk anda serta anda menjadi kelompok Asyroh yang dijamin masuk surga. Apa sebenarnya yang menjadi sebab anda sampai dicintai Rasul?"
Sa'ad menjelaskan :"Ibadah saya sama dengan ibadah sahabat yang lain; saya tidak melebihi ibdahnya Rasulullah Saw. Hanya saja saya tidak pernah buruk sangka kepada orang lain dan harta yang saya miliki saya manfa'atkan untuk dinikmati orang lain yang membutuhkan dan yang terakhir saya siap mati demi Islam."
Senada dengan penjelasan tersebut maka Khalifah Umar pun memberikan penjelasan tentang pengangkatannya sebagai komandan Qodisiyyah, antara lain :
- Ia adalah orang yang dijamin doanya dikabul Allah Swt dan jika ia mohon kemenangan pastilah akan dikabulkan.
- Pengalamannya diberbagai pertempuran sejak Perang Badar sampai Fath Makah patut dipertimbangkan dan dialah yang paling jitu dalam memanah.
- Ia adalah orang yang pali apik dan teliti dalam makan dan minum. Ia tidak berani makan atau minum sebelum jelas keahalalannya.
- Dan yang paling penting ia adalah orang yang bersih hatinya jauh dari sifat hasud, iri dan dengki
Tentunya Ummat pun akan membalas dengan demo-demo liar. Pada tahun 55 H Sa'ad bin Abi Waqash meninggal dunia dalam usia 80 tahun dan merupakan sahabar Muhajirin yang terakhir meninggal di Madinah.
Selamat jalan Sa'ad semoga kami mengikuti langkahmu.
-Oleh : Drs. U. Suhendar, S.P-
(Anggota dewan Hisbah PP Persatuan Islam)
Risalah Jum'ah Persatuan Islam