Pada hakekatnya ramai orang-orang Islam saat ini mengucapkan
SELAMAT ULANG TAHUN kepada
Nabi Muhammad, pada perayaan Maulid Nabi yang
diselenggarakan dimana-mana. Hanya karena
perkataan Maulid itu dari bahasa Arab dan dianjurkan oleh
sebagian ulama, kyiai, dan habib mereka, maka
terkesan bahwa itu adalah bagian dari perayaan hari raya ummat
Islam...
Pertanyaannya :
- Mengapa kita tidak pernah menemukan hadist yang memerintahkan kita untuk melakukan perayaan hari
ulang tahun Nabi...??
- Mengapa kita tidak pernah mendengar para sahabat Nabi yang notabene adalah orang-orang yang paling
mencintai Nabi diantara ummat Islam sepanjang zaman, pernah merayakan hari ulang tahun Nabi...??
- Mengapa kita tidak pernah menemukan dalam kitab-kitab fiqih imam 4 madzhab (Hanafi, Malik, Syafi'i,
dan Hambal rahimahullohu ta'ala), yang membahas tentang perayaan hari ulang tahun Nabi yang mulia,
sholawatu wa salam...??
====>>Jawabannya adalah mudah sekali :
Karena memang perayaan hari ulang tahun Nabi, tidak pernah mereka kenal dan Rasulullah pun tidak
pernah memerintahkan untuk merayakan hari ulang tahun Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam... Sedangkan hari raya
yang beliau perintahkan adalah Hari Raya Idul Fithri dan Idul Adha.
Rasulullah bersabda : "Janganlah kalian memujiku sebagimanakaum Nashrani memuji Nabi 'Isa. Aku
hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah: Hamba Allah dan Rasul-Nya." [HR. Bukhari : 3445]
====>>Jika ada yang mengatakan bahwa perayaan maulid Nabi termasuk konsekuensi wujud cinta kepada Nabi Muhammad.
Ketahuilah : Perkataan ini dusta ! tidak berdasar dalil sedikitpun. Sebab maulid Nabi tidak termasuk
konsekuensi cinta kepada Nabi. Cinta Nabi itu dengan ketaatan (dalam menjalankan sunnahnya), bukan
dengan penentangan tuntunan dan kebid'ahan seperti halnya maulid Nabi.
Bahkan maulid Nabi termasuk pelecehan dan penghinaan kepada Nabi.
====>>Jika ada yang mengatakan bahwa perayaan maulid Nabi termasuk mempererat persatuan ummat Islam.
Ketahuilah : "Perkataan ini dusta ! Perhatikan, telah berapa lama mereka merayakan maulid nabi setiap
tahunnya...??Bahkan sudah puluhan - ratusan tahun..., tapi lihat justru ummat Islam telah berpecah belah dari
persatuan ummat Islam"
====>>Jika ada yang mengatakan bahwa bahwa dalam merayakan maulid nabi kita hanya melakukan
ceramah dan nasehat tanpa ada acara-acara yang tidak syar'i.
Ketahuilah : "Perkataan ini bathil ! janganlah kalian mencampurkan antara yang haq dengan yang bathil,
suatu perbuatan baik tidaklah menutupi hakikat perbuatan yang telah menyelisihi sunnah nabi"
""""""""""""""""""""""""""
Anda tahu ttg Sejarah Maulid...??
Orang yang pertama kali mengadakannya adalah Bani Ubaid Al-Qoddakh yang menamai diri mereka
dengan"Fatimiyyah", yang mana mereka adalah dari golongan Syi'ah Rafidhah.
Mereka memasuki kota Mesir pada tahun 362 H / 977 M. Dari situlah kemudian tumbuh berkembang
perayaan maulid secara umum dan maulid nabi secara khusus.
Imam Ahmad bin Ali Al-Miqrizi -ulama ahli tarikh/sejarah- mengatakan dalam kitabnya "Al-Mawaidz wal
I'tibar Bidzikri Khutoti wal Atsar" (1/490) :
"Para khalifah Fatimiyyah mempunyai perayaan yang bermacam-macam setiap tahunnya. Yaitu perayaan
tahun baru, Asyuro', maulid Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah
az-Zahra, dan maulid khalifah. Serta perayaan lainnya seperti perayaan awal bulan Rajab, awal Sya'ban,
Nisfu Sya'ban, awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan, dan penutupan Ramadhan...."
Orang yang pertama kali merayakan hari ulang tahun nabi setelah mereka adalah Raja Mudhafir Abu Sa'ad
Kaukaburi pada awal abad ke 7 Hijriah. Sebagaimna diungkapkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya
"Al-Bidayah wa An-Nihayah : 13/137)" :
"Dia (Raja Mudhafir) merayakan maulid Nabi di bulan Rabi'ul awal dengan amat mewah. As-Sibt berkata :
Sebagian orang yang hadir disana menceritakan bahwa dalam hidangan raja Mudhafir disiapkan 5000 daging
panggang, 10.000 daging ayam, 100.000 gelas susu, dan 30.000 piring makanan ringan...."
Hingga beliau (Ibnu Katsir) berkata pula :
"Perayaan tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh agama dan orang-orang Sufi (betapa serupanya dahulu dan
sekarang, pen). Sang raja pun menjamu mereka. Bahkan bagi orang-orang Sufi ada acara khusus, yaitu
bernyanyi di waktu Dzhuhur hingga fajar, dan raja pun juga ikut berjoget bersama mereka."
Ibnu Khalikan berkata dalam kitabnya "Wafayatul A'yaan" (4/117-118) :
"Bila tiba awal bulan Safar, mereka menghiasi kubah-kubah dengan aneka hiasan yang indah dan mewah.
Pada setiap kubah ada sekumpulan para penyanyi. Ahli penunggang kuda, dan pelawak.
Pada hari itu manusia LIBUR KERJA karena ingin bersenang-senang di kubah-kubah tersebut bersama para
penyanyi.....dan bila maulid kurang dua hari, raja mengeluarkan unta, sapi dan kambing, yang tak terhitung
jumlahnya, dengan diiringi suara terompet dan nyanyian sampai tiba di lapangan....Pada malam maulid, raja
mengadakan nyanyian setelah sholat Maghrib di benteng."
Demikianlah sejarah awal perayaan hari ulang tahun Nabi yang penuh pemborosan dan kemaksiatan...
Syubhat Perkara Maulid :
====>>Ada yang mengatakan bahwa perayaan maulid Nabi termasuk konsekuensi wujud cinta kepada Nabi Muhammad.
Ketahuilah : "Perkataan ini dusta, tidak berdasar dalil sedikitpun. Sebab maulid Nabi tidak termasuk
konsekuensi cinta kepada Nabi. Cinta Nabi itu dengan ketaatan (dalam menjalankan sunnahnya), bukan
dengan kemaksiatan dan kebid'ahan seperti halnya maulid Nabi. Bahkan maulid Nabi termasuk pelecehan
dan penghinaan kepada Nabi"
["Siyanatul Insan 'An Waswasati Syaikh Dahlan" hal. 228 oleh Syaikh Muhammad Basyir Al-Hindy, kata
pengatar oleh Syaikh Rasyid Ridha]
Kemudian perhatikan cerita dialog menarik yang diambil dari buku "Syaikh Abdul Qadir Jailany wa Aro'uhu"
hal.420-421 seputar masalah maulid :
"Suatu kali aku berkunjung ke salah satu negeri Islam dalam acara muktamar tahun 1415 H / 1993 M,
tiba-tiba seorang ulama negeri tersebut mengajak dialog bersamaku tentang maulid Nabi setelah menuduhku
tidak mencintai Nabi karena aku tidak merayakan maulid.
Kemudian aku jelaskan kepadanya bahwa penyebab utama aku tidak merayakannya adalah justru karena
kecintaanku kepada Nabi. Sebab hakekat cinta kepadanya adalah dengan beramal sesuai petunjuknya
(sunnahnya).
Lalu terjadilah dialog sebagai berikut :
Penulis : "Apakah maulid merupakan amal ketaatan ataukah kemaksiatan?"
Jawabnya : "Jelas ketaatan"
Penulis : "Apakah Nabi mengetahui ketaatan tersebut ataukah tidak mengetahuinya?"
Jawabnya : "Mengetahuinya". (Dia menjawab demikian karena tidak mungkin dia berani mengatakan bahwa
Nabi tidak mengetahuinya, kalau dia mengatakan Nabi tidak mengetahuinya berarti perkara maulid yang dia
amalkan langsung menjadi bathil)
Penulis : "Apakah Nabi menyampaikan perintah maulid atau menyimpannya?"
Jawabnya : (Dia bingung harus menjawab apa, lalu berkata) :"Menyampaikannya ?" (Dia menjawab
demikian, karena tidak mungkin dia menjawab Nabi menyimpannya, kalau dia mengatakan Nabi
menyimpan perintah maulid, berati perkara maulid yang dia amalkan langsung menjadi bathil)
Penulis : "Jika begitu, tunjukkan kepada saya contoh dari Nabi tentang perayaan maulid (jika kamu berkata
bahwa Nabi menyampaikan hal tersebut) ??
Jawabnya : (Diam tidak bisa menjawab)
Penulis : "Diamnya saudara berarti menunjukkan bahwa Nabi tidak menyampaikan perkara Maulid ini (tidak
ada contohnya dari beliau).
Akhirnya dia mengakui bid'ahnya maulid Nabi dan berjanji kepadaku untuk memerangi bid'ah tersebut.
Semoga Allah meneguhkan hatinya."
Rasulullah bersabda : "Janganlah kalian memujiku sebagimana kaum Nashrani memuji Nabi 'Isa. Aku
hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah : Hamba Allah dan Rasul-Nya." [HR. Bukhari : 3445]
Imam Syatibi berkata dalam kitabnya "Al-I'tishom" I/64-65), bawah Imam Malik berkata :
"Barangsiapa melakukan bid'ah dalam Islam dan MENGANGGAPNYA BAIK (bid'ah ahsanah), maka
sesungguhnya dia telah menuduh Muhammad mengkhianati risalah, karena Allah berfirman : "Pada hari ini
telah Aku sempurnakan untukmu agamamu....". Maka apa saja yang di hari itu (pada zaman Nabi) bukan
sebagai agama, maka pada hari ini juga tidak termasuk agama."
Imam Al-Barbahari berkta dalam kitabnya "Syarhus Sunnah" hal. 68-69 bahwa :
"Waspadailah olehmu perkara baru (bid'ah). Karena bid'ah yang awalnya kecil, lambat laun akan terbiasa
dan menjadi besar. Demikian pula setiap bid'ah pada ummat iniAWALNYA HANYA KECIL MIRIP
DENGAN KEBENARAN, HINGGA PELAKUNYA TERTIPU DAN SUDAH TIDAK MAMPU LAGI
KELUAR DARINYA"
Diringkas secara bebas dari Catatan : Abu Ubaidah As-Sidawi Al-Atsary, dalam Bulletin Al-Furqan.
Repost : http://www.facebook.com/
Semoga bermanfaat
Sumber Fb : Islam Tegashttps://www.facebook.com/