GERHANA matahari cincin akan terjadi pada Kamis 10 Juni 2021. Fenomena alam langka ini akan terlihat di langit Bumi. Sayangnya, gerhana matahari cincin hanya dapat disaksikan di bagian utara Bumi, yakni Pulau Ellesmere dan Baffin (Kanada), serta kawasan Siberia (Rusia).
Gerhana matahari cincin api ini juga sebagian terlihat di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Kota-kota seperti Toronto di Kanada serta New York dan Boston di AS bakal bisa terlihat antara 80 hingga 86 persen gerhana matahari cincin ini.
Wilayah lain seperti Greenland, Irlandia, Eropa, Rusia, negara Asia Tengah serta China bagian barat bisa menyaksikan gerhana matahari cincin ini jika cuaca memungkinkan.
NASA menjelaskan, tidak aman untuk melihat langsung sinar matahari, apalagi jika terjadi gerhana. Mereka pun mengingatkan agar masyarakat tidak melihat langsung gerhana matahari cincin ini tanpa alat bantu seperti kacamata gerhana.
Sementara dalam ajaran agama Islam, ada amalan yang bisa dilakukan ketika terjadi fenomena alam gerhana, termasuk gerhana matahari cincin. Berikut amalan-amalan tersebut, seperti dijelaskan Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, seperti dilansir laman Muslim.or.id.
1. Perbanyaklah zikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.
Hal ini berdasarkan riwayat dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
Artinya: "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah." (HR Bukhari Nomor 1044)
2. Keluar mengerjakan sholat gerhana secara berjamaah di masjid
Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadis dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wassallam mengendarai kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi Shallallahu ’alaihi wassallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan sholat. (HR Bukhari Nomor 1050).
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wassallam mendatangi tempat sholatnya (yaitu masjidnya) yang biasa dia sholat di situ. (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/343)
Ibnu Hajar mengatakan, "Yang sesuai dengan ajaran Nabi Shallallahu ’alaihi wassallam adalah mengerjakan sholat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu sholat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana." (Fathul Bari, 4/10)
Lalu, apakah mengerjakan dengan jamaah merupakan syarat sholat gerhana?
Syekh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan, "Sholat gerhana secara jamaah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan sholat gerhana di rumah. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam:
فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا
Artinya: "Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka sholatlah." (HR Bukhari Nomor 1043)
3. Wanita juga boleh sholat gerhana bersama kaum pria.
Hal ini berdasarkan riwayat dari Asma binti Abi Bakr, beliau berkata:
أَتَيْتُ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – زَوْجَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ يُصَلُّونَ ، وَإِذَا هِىَ قَائِمَةٌ تُصَلِّى فَقُلْتُ مَا لِلنَّاسِ فَأَشَارَتْ بِيَدِهَا إِلَى السَّمَاءِ ، وَقَالَتْ سُبْحَانَ اللَّهِ . فَقُلْتُ آيَةٌ فَأَشَارَتْ أَىْ نَعَمْ
Artinya: "Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha –istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam– ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan sholat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: 'Kenapa orang-orang ini?' Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, 'Subhanallah (Maha Suci Allah).' Saya bertanya: 'Tanda (gerhana)?' Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya." (HR Bukhari Nomor 1053)
BACA JUGA :
4. Menyeru jamaah dengan panggilan "ash sholatu jaamiah" dan tidak ada azan maupun iqamah
Dari Aisyah Radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan:
أنَّ الشَّمس خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَبَعَثَ مُنَادياً يُنَادِي: الصلاَةَ جَامِعَة، فَاجتَمَعُوا. وَتَقَدَّمَ فَكَبرَّ وَصلَّى أربَعَ رَكَعَاتٍ في ركعَتَين وَأربعَ سَجَدَاتٍ.
Artinya: "Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jamaah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan sholat berjamaah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali rukuk dan empat kali sujud dalam dua rakaat." (HR Muslim Nomor 901).
Dalam hadits ini tidak diperintahkan mengumandangkan azan dan iqamah. Jadi, azan dan iqamah tidak ada dalam sholat gerhana.
5. Berkhotbah setelah sholat gerhana
Disunahkah setelah sholat gerhana untuk berkhotbah, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Asy Syafii, Ishaq, dan banyak sahabat (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/435).
Khotbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana sholat id, bukan dua kali khotbah. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafii. (Lihat Syarhul Mumthi’, 2/433)
Wallahu a'lam bishawab.