Tidak adanya undangan menunaikan ibadah haji bagi Calon Jamaah Haji (CJH) Indonesia menimbulkan kesedihan yang mendalam bagi Mbah Marfuah. CJH tertua di Kabupaten Nganjuk ini harus menahan impiannya menjalankan rukun Islam yang kelima. Ironisnya, Mbah Marfuah tidak hanya sekali ini berangkat ke Tanah Suci. Namun, ini adalah pembatalan ketiga yang dialaminya.
Seorang nenek berkerudung abu-abu duduk di lantai rumah. Terlihat jelas, kulitnya sudah keriput semua. Tak ada goresan lipstik di bibir atau bedak di pipi sang nenek yang bernama Marpuah. Semua orang memanggilnya Mbah Marpuah, termasuk saya. Maklum, usia Mbah Marpuah memang sudah sangat senja. Dia mengaku kelahiran tahun 1925. Artinya, Mbah Marpuah ini merasakan pahitnya dijajah Belanda dan Jepang.
Saat wartawan koran ini bertamu ke rumahnya di Dusun Termas, Desa Jekek, Kecamatan Baron, Mbah Marpuah langsung menyambutnya dengan ramah. Tak ada rasa khawatir sedikitpun di mukanya. Padahal, ini adalah pertemuan pertama. Tanpa ragu, Mbah Marpuah langsung mempersilakan masuk rumah. “Monggo pinarak (silakan masuk,red),” ujarnya sambil mengajak masuk rumah.
Meski berusia di atas 90 tahun tetapi Mbah Marpuah masih sehat. Dia tidak menggunakan alat bantu pendengaran, kacamata, atau tongkat. Namun demikian, keluarganya melarang Mbah Marpuah bekerja atau membantu membersihkan rumah. Sehari-hari Mbah Marpuah hanya duduk-duduk dan bercanda dengan anak cucu plus tetangga yang berkunjung.
Tiba-tiba kesedihan terpancar dari raut muka Mbah Marpuah yang sudah keriput saat diajak berbicara tentang pembatalan keberangkatan haji. Maklum, ibadah haji ini sudah sangat diimpikan Mbah Marpuah sejak sepuluh tahun. Mbah Marpuah mendaftar haji pada 2011. Rencananya, tahun ini Mbah Marpuah akan menjalankan ibadah haji dengan didampingi kedua anaknya, yaitu Khayatus Syaidah dan Yazid serta Manifatul, menantunya.
Namun, karena Arab Saudi tidak memberi kuota CJH dari Indonesia tahun ini karena pandemi Covid-19 maka Mbah Marpuah harus mengubur impiannya bisa terbang ke Tanah Suci. “Pasrah mawon (saja, red),” ujar Mbah Marpuah lirih.
Bagi Mbah Marpuah, kegagalan menunaikan ibadah haji ini bukan yang pertama. Ini merupakan yang ketiga kalinya dia gagal berangkat. Padahal, namanya sudah masuk daftar CJH yang bisa menunaikan ibadah haji tahun ini.
Kegagalan pertama dialami Mbah Marpuah pada 2013. Saat itu, Mbah Marpuah tidak diizinkan berangkat karena Arab Saudi sedang melakukan renovasi di Masjidil Haram. Banyak alat berat yang beroperasi saat pelaksanaan ibadah haji. “Mbah Marpuah akhirnya tidak bisa berangkat,” sambung Manifatul, 47, menantu Mbah Marpuah.
Kemudian, pada 2020, nenek dengan sebelas anak ini juga gagal berangkat. Penyebabnya, terjadi pandemi Covid-19. Sehingga, CJH Indonesia dilarang berangkat ke Tanah Suci. Hal yang sama juga terjadi di tahun ini. Lagi-lagi, Mbah Marpuah gagal berangkat.
Kekecewaan Mbah Marpuah tahun ini semakin besar. Karena dia sudah mengikuti syarat menunaikan ibadah haji, seperti mengikuti manasik dan vaksinasi Covid-19. Bahkan, setelah disuntik vaksin Covid-19, Mbah Marpuah harus merasakan demam beberapa hari. Beruntung, setelah minum obat penurun panas, kondisi Mbah Marpuah sehat kembali. “Mudah-mudahan Mbah Marpuah bisa berangkat tahun depan,” harap Manifatul.