Sebelum bisa membaca Alquran, kebanyakan orang biasanya mulai belajar mengaji dengan menggunakan buku Iqra.
Dream - Sebelum bisa membaca Al-quran, kebanyakan orang biasanya mulai belajar mengaji dengan menggunakan buku Iqra.
Buku ini seolah menjadi satu-satunya media pembelajaran awal untuk mengenal huruf Arab di dalam Al-quran.
Bagi generasi tahun 90-an dan menggunakan buku Iqra, kalian pasti masih ingat dengan sosok wajah seorang lelaki di belakang buku itu.
Mungkin sebagian sudah tahu, namun kebanyakan masih bertanya-tanya tentang lelaki yang potretnya menghiasi sampul belakang buku Iqra tersebut.
Untuk pengetahuan kalian, lelaki tersebut sebenarnya merupakan penulis buku Iqra tersebut yang dikenali sebagai K.H. As'ad Humam.
Sakit Sejak Usia Muda
Dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1933, nama aslinya adalah As'ad. Sedangkan Humam yang ditulis di belakangnya adalah nama ayahnya, H. Humam Siradj.
KH. As'ad muda tinggal di Kampung Selokraman, Kotagede, Yogyakarta. Beliau merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara.
Ketika usianya 18 tahun, KH. As'ad terjatuh dari pohon jambu hingga menyebabkan tulang belakangnya mengalami pengapuran.
Penyakit tersebut menyebabkan beliau menjalani perawatan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta selama kurang lebih setahun setengah.
Pendidikan Cuma Sampai Kelas 2 SMP
Disebabkan penyakit itu pula, KH. As'ad tidak mampu bergerak secara leluasa karena tubuhnya jadi kaku hingga sulit untuk membungkuk.
Kondisi itulah yang menyebabkan KH. As'ad terpaksa duduk setiap kali menjalankan ibadah sholat.
Insiden itu juga yang menyebabkan KH. As'ad tidak bisa meneruskan sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan KH. As'ad hanya sampai di kelas 2 Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta atau setingkat dengan SMP.
Pun begitu, itu tidak melemahkan semangat KH. As'ad untuk mengembangkan cara belajar membaca Al-quran secara mudah dan cepat.
Awal Mula Muncul Ide Iqra
Menyadari pendidikan yang tidak memungkinkannya bekerja kantoran, KH. As'ad jadi seorang pedagang aksesori di pasar Bringharjo, Malioboro, Yogyakarta.
Dari situlah, KH. As'ad berkenalan dengan KH. Dachlan Salim Zarkasyi dan metode belajar baca Al-quran Qiroati yang saat itu populer di Indonesia.
Setelah mengenal metode ini, KH. As'ad kemudian berniat mengembangkan metode baru yang lebih efisien supaya santri dapat belajar Al-quran dengan cepat dan mudah.
Hasil pengembangan ini kemudian beliau tulis dan ajukan kepada KH. Dachlan Zarkasyi. Namun sayang, idenya ini tidak diterima untuk dimasukkan dalam metode Qiroati.
Tidak berputus asa, KH. As'ad mengajak rekan-rekannya di Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus 'AMM') Yogyakarta mengembangkan dan menyusun sendiri penggunaan metode baru cara cepat belajar membaca Al-quran yang diberi nama Iqra.
Beda Iqra dan Qiroati
Sebelum Iqra diperkenalkan, mereka yang belajar membaca Al-quran memakai metode Qiroati. Dengan cara ini, mereka perlu mengeja satu persatu huruf hijaiyah lengkap dengan tanda baca untuk membentuk ayat.
Contoh ejaanya misalnya, 'Alif fatah a, alif kasrah i, alif dhamah u, a-i-u'. Bunyi tersebut terus berubah sesuai dengan huruf yang tengah dieja. Inilah yang menjadikan proses belajar membaca Alquran memakan waktu yang lama.
Sementara Iqra yang terdiri daripada enam jilid menggunakan cara membaca dengan sistem suku kata. Di bagian awal-awal jilid, dipilih suku kata yang biasa didengar dan sederhana bagi anak-anak, seperti 'ba-ta', 'ka-ta', 'ba-ja'.
Setelah itu meningkat secara perlahan hingga akhirnya bisa membaca ayat Al-quran dengan baik dan benar. Semuanya disajikan sesederhana mungkin sehingga yang belajar, terutama anak-anak, dapat dengan mudah mempelajarinya.
Buku Iqra Tersebar Luas dan Digunakan Hingga Kini
Hingga kini, berjuta-juta buku Iqra telah dicetak dan diedarkan secara meluas di beberapa negara lain seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, Filipina, Eropah dan Amerika.
BACA JUGA :
Sayangnya, di saat buku Iqra berkembang luas dan memberi manfaat kepada banyak orang, kesehatan KH As'ad justru makin menurun. Beliau akhirnya meninggal dunia pada hari Jumat, 2 Februari 1996, pada usia 63 tahun.
Jasanya dalam menulis buku Iqra ini sangat besar bagi Islam karena membantu jutaan orang belajar membaca Al-quran. Semoga Allahyarham dikaruniai pahala yang tak putus dan diberikan ganjaran surga Allah SWT. Aamiin.
Sumber: Siakapkeli